BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
suatu proses pembelajaran mutlak diperlukan unsur-unsur pembelajaran,
diantaranya adalah peserta didik, guru, metode pembelajaran dan materi
pembelajaran. Unsur-unsur tersebut sangat berperan dalam keberhasilan suatu
pembelajaran. Pun dengan Metode pembelajaran, pemilihan metode pembelajaran
yang ideal akan memudahkan tercapainya tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Terdapat berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran bahasa asing, diantaranya adalah metode tata bahasa dan terjemah (thariqah
qawaid wa tarjamah), metode langsung (thariqah mubasyiroh), metode
audio lingual (thariqah sam’iyyah syafawiyah) dan metode membaca (thariqah
qira’ah).
Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas tentang metode langsung (thariqah mubasyiroh / direct method). Metode langsung berbeda
dengan metode tata bahasa terjemah, karena metode ini lebih menekankan unsur
kalam yang difungsikan sebagai alat komunikasi sehari-hari. Metode langsung
memposisikan bahasa Arab selayaknya bahasa ibu yang proses pembelajarannnya
melalui pembiasaan dan alami.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa latar belakang metode mubasyaroh?
2.
Apa landasan teori metode mubasyaroh?
3.
Bagaimana karakteristik dari metode mubasyaroh?
4.
Apa tujuan dari metode mubasyaroh?
5.
Bagaimana implementasi dari metode mubasyaroh?
6.
Apa saja kelemahan dan kelebihan dari metode mubasyaroh?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui latar belakang metode mubasyaroh
2.
Untuk memahami landasan teori metode mubasyaroh
3.
Untuk memahami karakteristik metode mubasyaroh
4.
Untuk mengetahui tujuan metode mubasyaroh
5.
Untuk memahami implementasi dari metode mubasyaroh
6.
Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan metode mubasyaroh.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar Belakang Metode Mubasyaroh
Menurut
Aziz Fchrurazi: 2000:51-53) Munculnya Metode Langsung (At-Thariqah
al-Mubasyirah/Direct Method) karena ketidak puasan terhadap hasil pengajaran
bahasa dengan metode sebelumnya, bukan hanya itu juga karena adanya perubahan
orientasi dan tujuan dari pengajaran bahasa asing yang dikaitkan dengan
kebutuhan nyata di masyarakat. Dianggapnya metode tata bahasa-terjemah hanya
menggunakan bahasa sebagai bahasa pengantar saja. Bukan hanya itu karena
bertumbuhnya jumlah masyarakat Eropa
dari berbagai negara yang menjalin komunikasi antar mereka sendiri
menyebabkan adanya kebutuhan yang mendesak agar menguasai bahasa yang bisa
menjadi lingua franca secara aktif dan produktif.
Berkembangnya
metode ini ditandai dengan penolakan mentah-mentah oleh para penganut metode
tata bahasa-Terjemah. Metode Langsung (At-Thariqah al-Mubasyirah/Direct Method)
ini menginginkan pengajaran bahasa asing dengan langsung menggunakan bahasa
tersebut tanpa menggunakan bahasa pengantar lainnya (Hamadah, 1987: 50). Banyak
ahli pendidikan bahasa pada abad ke-18 sebenarnya sudah menyadari kelemahan
metode tradisional yang kemudian mengembangkan metode baru yang lahirlah pengajaran tata bahasa induktif
dengan menggunakan teks-teks tertulis dalam bahasa sasaran yang mendominasi
lahirnya metode tata bahasa-terjemah pengajaran bahasa secara deduktif.
Kemudian
abad ke-19 ada suatu gerakan yang mendukung penghapusan pengajaran bahasa
dengan tata bahasa dengan penerjemah. Gerakan ini menekankan pelajaran bahasa
dengan cara interaksi langsung dalam bahasa target. Salah seorang pelopor
gerakan ini adalah Francois Gouin, (1880-1992) karena itulah metode ini sering
dikat-kaitkan dengan linguis pancis yang mengembangkan metode dengan
pengamatan-pengamatannya terhadap penggunaan bahasa ibu (bahasa pertama) oleh
anak-anak, yang hasil penelitiannya itu menerapkan psikologi modern dalam
pelajaran bahasa. Ia menerapkan asosiasi ide-ide, visualisasi dan pembelajaran
melalui panca indera, pemusatan kegiatan pada minat, permainan dan aktifitas
dalam situasi normal sehari-hari.
Awalnya
metode ini tidak meyakinkan guru dalam pembelajaran bahasa karena dikaitkan
dengan bahasa ibu, namun malah mendapat dukungan dari masyarakat Jerman, baru
setelah itu metode ini diterima pada abad ke-20.
Metode
ini berkembang dan banyak digunakan di berbagai negara yang memiliki arah yang
berbeda-beda sehingga akhirnya penggunaan metode ini dikombinasikan dengan
metode-metode lain misalnya di negara Jerman menjadi metode eklektik yaitu
kombinasi antara metode langsung dengan tata bahasa-terjemah.
B.
Landasan Teori Metode Mubasyaroh
Metode
ini muncul berbarengan dengan studi linguistik modern yang mengajak pada
pembelajaran bahasa secara alami. Landasan teori ini bahwa bahasa merupakan
perilaku alami (behavioristik) yang pada hakikatnya merupakan kalam, dan
tulisan merupakan fenomena kedua.
Berdasarkan
metode ini terkait dengan bahasa, metode ini melihat bahwa bahasa ini bersifat
behaviorisme, terjadi secara langsung dan alami sebagaimana seorang anak
memperoleh bahasa ibu (bahasa pertama). (Abdul Aziz, 2002 : 66).
C.
Karakteristik Metode Mubasyaroh
Menurut Acep
Hermawan (2011 : 177) karakteristik dari metode langsung adalah :
1.
Berbahasa adalah berbicara, maka berbicara merupakan aspek yang
harus diprioritaskan.
2.
Sejak dini pelajar dibiasakan berpikir dalam bahasa asing yang
dipelajari.
3.
Bahasa ibu dan bahasa kedua atau terjemahan ke dalam dua bahasa
tersebut tidak digunakan.
4.
Tidak begitu memperhatikan tata bahasa.
5.
Ada asosiasi langsung antara kata-kata/ kalimat-kalimat dengan
makna yang dimaksud.
6.
Untuk memantapkan pelajar dalam menguasai bahasa asing yan
gdipelajari, pengajar memberikan latihan berulang-ulang dengan contoh dan
hapalan.
D.
Tujuan Metode Mubasyaroh
Para
guru yang menggunakan metode langsung bertujuan agar para siswa bisa
mempelajari bagaimana caranya berkomunikasi dalam bahasa sasaran . Untuk bisa
melakukan hal tersebut degan sukes, penting bagi para siswa untuk belajar
berpikir dalam bahasa sasaran. (Aziz Fachrurrazi dan Erta Mahyudin, 2000 : 55)
Sementara
itu, menurut Acep Hermawan (dalam Al-Khuli, 1982 : 22) metode langsung memiliki
tujuan agar para pelajar mampu berkomunikasi denngan bahasa asing yang
dipelajarinya seperti pemilik bahasa ini.
E.
Implementasi Metode Mubasyaroh
Untuk
mengaplikasikan metode langsung dalam pengajaran bahasa arab maka penggunaan
diserahkan kepada pengajar sesuai situasi dan kondisi. Secara umum langkah yang
dapat dilakukan adalah sbb (Acep Hermawan, 2011 : 177-178) :
1.
Pendahuluan, membuat berbagai hal yang berkaitan dengan materi yang
akan disajikan.
2.
Guru memberikan materi berupa dialog-dialog pendek yang rilek
dengan bahasa yang biasanya digunakan sehari-hari secara berulang-ulang.
3.
Pelajar diarahkan untuk disiplin menyimak dialog-dialog tersebut
lalu menirukan dialog-dialog yang disajikan sampai lancar.
4.
Para pelajar dibimbing menerapkan dialog-dialog tersebut dengan
teman-temannya secara bergiliran.
5.
Struktur atau tata bahasa diberikan bukan dengan menganalisa nahwu,
melainkan dengan memberikan contoh secara lisan yang sedapat mungkin menarik
perhatian pelajar untuk mengambil kesimpulan-kesimpulan sendiri.
6.
Sebagai penutup, jika diperlukan, evaluasi akhir berupa
pertanyaan-pertanyaan dialog yang harus dijawab oleh pelajar.
F.
Kelemahan dan Kelebihan Metode Mubasyaroh
Kelebihan
metode ini menurut Aziz Fachrurrazi dan Erta Mahyudin (2000 : 59) yaitu sebagai
berikut :
1. Siswa terampil menyimak dan berbicara karena mereka mendapat
banyak latihan dalam bercakap-cakap, khususnya mngenai topik-topik yang sudah
dilatih didalam kelas.
2. Siswa menguasai pelafalan dengan baik seperti
atau mendekati penutur asli.
3. Siswa mengetahui banyak kosakata dan
pemakaiannya dalam kalimat.
4. Siswa memiliki keberanian dan spontanitas dalam berkomunikasi
karena sejak awal telah dilatih untuk berfikir bahasa target sehingga tidak
terhambat oleh proses penerjemahan.
5. Siswa mengetahui tata bahasa secara fungsional tidak sekedar
teoritis, artinya berfungsi untuk mengontrol kebenaran ujarannya.
Sementara
itu, kelemahan dari metode ini menurut Aziz Fachrurrazi dan Erta Mahyudin (2000
: 61) yaitu :
1. Kemampuan siswa dalam membaca untuk pemahaman lemah, karena
materi dan latihan yang disediakan lebih menekankan pada keterampilan berbahasa
lisan.
2. Metode ini menuntut para guru yang ideal dari segi keterampilan
berbahasa (mempunyai kelancaran berbicara seperti atau mendekati penutur asli)
dan kelincahan dalam penyajian pelajaran.
3. Metode ini memiliki prinsip-prinsip yang lebih tepat untuk
digunakan dalam kelas kecil yang jumlah sisiwanya tidak banyak (kurang dari 20
siswa) dan tidak bisa dilaksanakan dalam kelas besar.
4. Penafian metode ini terhadap pemakaian bahasa siswa bisa
berakibat terbuangnya waktu untuk menjelaskan makna satu kata abstrak, dan
terjadinya kesalahan persepsi atau penafsiran pada sisiwa.
5. Terlalu membesar-besarkan persamaan antara pamer olehan bahasa
pertama dan kedua dan banyak mengabaikan
realita keterbatasan yang ada didalam kelas.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Munculnya
metode langsung telah melahirkan banyak perbaikan dalam pengajaran bahasa
kedua/ asing di dunia. Berkat kehadiran metode ini pengajaran bahasa untuk
penguasaan tata bahasa menuju pengajaran bahasa untuk komunikasi dengan bahasa
sasaran.
Di
dalam metode ini, tata bahasa diajarkan secara induktif tanpa adanya
penjelasan-penjelasan tentang aturan-aturan tata bahasa. Di dalam kelas yang
menggunakan metode langsung, bahasa siswa tidak digunakan dan kosakata baru
diperkenalkan dengan media atau demonstrasi, sedangkan terjemahan dihindari
sepenuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mustofa Bisri & Abdul
Hamid. 2012. Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab. (Malang : UIN
Maliki Press).
Hermawan, Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. (Bandung
: PT Remaja Rosdakarya).
Fachrurrazi, Aziz & Erta Mahyudin. 2000. Pembelajaran Bahasa
Asing Metode Tradisional dan Kontemporer. (Jakarta Timur : Bania
Publishing).
Aziz, Abdul. 2002. Metode Pembelajaran Bahasa Untuk penutur
Bahasa Asing. (Riyadh).
izin ngalaf
BalasHapus