Sabtu, 11 Februari 2017

Metode Mubasyaroh Dalam Pembelajaran Bahasa Arab



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam suatu proses pembelajaran mutlak diperlukan unsur-unsur  pembelajaran, diantaranya adalah peserta didik, guru, metode pembelajaran dan materi pembelajaran. Unsur-unsur tersebut sangat berperan dalam keberhasilan suatu pembelajaran. Pun dengan Metode pembelajaran, pemilihan metode pembelajaran yang ideal  akan memudahkan tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Terdapat berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran bahasa asing, diantaranya adalah metode tata bahasa dan terjemah (thariqah qawaid wa tarjamah), metode langsung (thariqah mubasyiroh), metode audio lingual  (thariqah sam’iyyah syafawiyah) dan metode membaca (thariqah qira’ah). 
Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas tentang metode langsung (thariqah mubasyiroh / direct method). Metode langsung berbeda dengan metode tata bahasa terjemah, karena metode ini lebih menekankan unsur kalam yang difungsikan sebagai alat komunikasi sehari-hari. Metode langsung memposisikan bahasa Arab selayaknya bahasa ibu yang proses pembelajarannnya melalui pembiasaan dan alami.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa latar belakang metode mubasyaroh?
2.      Apa landasan teori metode mubasyaroh?
3.      Bagaimana karakteristik dari metode mubasyaroh?
4.      Apa tujuan dari metode mubasyaroh?
5.      Bagaimana implementasi dari metode mubasyaroh?
6.      Apa saja kelemahan dan kelebihan dari metode mubasyaroh?




C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui latar belakang metode mubasyaroh
2.      Untuk memahami landasan teori metode mubasyaroh
3.      Untuk memahami karakteristik metode mubasyaroh
4.      Untuk mengetahui tujuan metode mubasyaroh
5.      Untuk memahami implementasi dari metode mubasyaroh
6.      Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan metode mubasyaroh.
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang Metode Mubasyaroh
Menurut Aziz Fchrurazi: 2000:51-53) Munculnya Metode Langsung (At-Thariqah al-Mubasyirah/Direct Method) karena ketidak puasan terhadap hasil pengajaran bahasa dengan metode sebelumnya, bukan hanya itu juga karena adanya perubahan orientasi dan tujuan dari pengajaran bahasa asing yang dikaitkan dengan kebutuhan nyata di masyarakat. Dianggapnya metode tata bahasa-terjemah hanya menggunakan bahasa sebagai bahasa pengantar saja. Bukan hanya itu karena bertumbuhnya jumlah masyarakat Eropa  dari berbagai negara yang menjalin komunikasi antar mereka sendiri menyebabkan adanya kebutuhan yang mendesak agar menguasai bahasa yang bisa menjadi lingua franca secara aktif dan produktif.
Berkembangnya metode ini ditandai dengan penolakan mentah-mentah oleh para penganut metode tata bahasa-Terjemah. Metode Langsung (At-Thariqah al-Mubasyirah/Direct Method) ini menginginkan pengajaran bahasa asing dengan langsung menggunakan bahasa tersebut tanpa menggunakan bahasa pengantar lainnya (Hamadah, 1987: 50). Banyak ahli pendidikan bahasa pada abad ke-18 sebenarnya sudah menyadari kelemahan metode tradisional yang kemudian mengembangkan metode baru  yang lahirlah pengajaran tata bahasa induktif dengan menggunakan teks-teks tertulis dalam bahasa sasaran yang mendominasi lahirnya metode tata bahasa-terjemah pengajaran bahasa secara deduktif.
            Kemudian abad ke-19 ada suatu gerakan yang mendukung penghapusan pengajaran bahasa dengan tata bahasa dengan penerjemah. Gerakan ini menekankan pelajaran bahasa dengan cara interaksi langsung dalam bahasa target. Salah seorang pelopor gerakan ini adalah Francois Gouin, (1880-1992) karena itulah metode ini sering dikat-kaitkan dengan linguis pancis yang mengembangkan metode dengan pengamatan-pengamatannya terhadap penggunaan bahasa ibu (bahasa pertama) oleh anak-anak, yang hasil penelitiannya itu menerapkan psikologi modern dalam pelajaran bahasa. Ia menerapkan asosiasi ide-ide, visualisasi dan pembelajaran melalui panca indera, pemusatan kegiatan pada minat, permainan dan aktifitas dalam situasi normal sehari-hari.
Awalnya metode ini tidak meyakinkan guru dalam pembelajaran bahasa karena dikaitkan dengan bahasa ibu, namun malah mendapat dukungan dari masyarakat Jerman, baru setelah itu metode ini diterima pada abad ke-20.
Metode ini berkembang dan banyak digunakan di berbagai negara yang memiliki arah yang berbeda-beda sehingga akhirnya penggunaan metode ini dikombinasikan dengan metode-metode lain misalnya di negara Jerman menjadi metode eklektik yaitu kombinasi antara metode langsung dengan tata bahasa-terjemah.

B.     Landasan Teori Metode Mubasyaroh
Metode ini muncul berbarengan dengan studi linguistik modern yang mengajak pada pembelajaran bahasa secara alami. Landasan teori ini bahwa bahasa merupakan perilaku alami (behavioristik) yang pada hakikatnya merupakan kalam, dan tulisan merupakan fenomena kedua.
Berdasarkan metode ini terkait dengan bahasa, metode ini melihat bahwa bahasa ini bersifat behaviorisme, terjadi secara langsung dan alami sebagaimana seorang anak memperoleh bahasa ibu (bahasa pertama). (Abdul Aziz, 2002 : 66).   
C.    Karakteristik Metode Mubasyaroh
Menurut Acep Hermawan (2011 : 177) karakteristik dari metode langsung adalah :
1.      Berbahasa adalah berbicara, maka berbicara merupakan aspek yang harus diprioritaskan.
2.      Sejak dini pelajar dibiasakan berpikir dalam bahasa asing yang dipelajari.
3.      Bahasa ibu dan bahasa kedua atau terjemahan ke dalam dua bahasa tersebut tidak digunakan.
4.      Tidak begitu memperhatikan tata bahasa.
5.      Ada asosiasi langsung antara kata-kata/ kalimat-kalimat dengan makna yang dimaksud.
6.      Untuk memantapkan pelajar dalam menguasai bahasa asing yan gdipelajari, pengajar memberikan latihan berulang-ulang dengan contoh dan hapalan.


D.     Tujuan Metode Mubasyaroh
Para guru yang menggunakan metode langsung bertujuan agar para siswa bisa mempelajari bagaimana caranya berkomunikasi dalam bahasa sasaran . Untuk bisa melakukan hal tersebut degan sukes, penting bagi para siswa untuk belajar berpikir dalam bahasa sasaran. (Aziz Fachrurrazi dan Erta Mahyudin, 2000 : 55)
Sementara itu, menurut Acep Hermawan (dalam Al-Khuli, 1982 : 22) metode langsung memiliki tujuan agar para pelajar mampu berkomunikasi denngan bahasa asing yang dipelajarinya seperti pemilik bahasa ini.

E.     Implementasi Metode Mubasyaroh
Untuk mengaplikasikan metode langsung dalam pengajaran bahasa arab maka penggunaan diserahkan kepada pengajar sesuai situasi dan kondisi. Secara umum langkah yang dapat dilakukan adalah sbb (Acep Hermawan, 2011 : 177-178) :
1.      Pendahuluan, membuat berbagai hal yang berkaitan dengan materi yang akan disajikan.
2.      Guru memberikan materi berupa dialog-dialog pendek yang rilek dengan bahasa yang biasanya digunakan sehari-hari secara berulang-ulang.
3.      Pelajar diarahkan untuk disiplin menyimak dialog-dialog tersebut lalu menirukan dialog-dialog yang disajikan sampai lancar.
4.      Para pelajar dibimbing menerapkan dialog-dialog tersebut dengan teman-temannya secara bergiliran.
5.      Struktur atau tata bahasa diberikan bukan dengan menganalisa nahwu, melainkan dengan memberikan contoh secara lisan yang sedapat mungkin menarik perhatian pelajar untuk mengambil kesimpulan-kesimpulan sendiri.
6.      Sebagai penutup, jika diperlukan, evaluasi akhir berupa pertanyaan-pertanyaan dialog yang harus dijawab oleh pelajar.

F.     Kelemahan dan Kelebihan Metode Mubasyaroh
Kelebihan metode ini menurut Aziz Fachrurrazi dan Erta Mahyudin (2000 : 59) yaitu sebagai berikut :
1. Siswa terampil menyimak dan berbicara karena mereka mendapat banyak latihan dalam bercakap-cakap, khususnya mngenai topik-topik yang sudah dilatih didalam kelas.
2.  Siswa menguasai pelafalan dengan baik seperti atau mendekati penutur asli.
3.  Siswa mengetahui banyak kosakata dan pemakaiannya dalam kalimat.
4. Siswa memiliki keberanian dan spontanitas dalam berkomunikasi karena sejak awal telah dilatih untuk berfikir bahasa target sehingga tidak terhambat oleh proses penerjemahan.
5. Siswa mengetahui tata bahasa secara fungsional tidak sekedar teoritis, artinya berfungsi untuk mengontrol kebenaran ujarannya.
Sementara itu, kelemahan dari metode ini menurut Aziz Fachrurrazi dan Erta Mahyudin (2000 : 61) yaitu :
1. Kemampuan siswa dalam membaca untuk pemahaman lemah, karena materi dan latihan yang disediakan lebih menekankan pada keterampilan berbahasa lisan.
2. Metode ini menuntut para guru yang ideal dari segi keterampilan berbahasa (mempunyai kelancaran berbicara seperti atau mendekati penutur asli) dan kelincahan dalam penyajian pelajaran.
3. Metode ini memiliki prinsip-prinsip yang lebih tepat untuk digunakan dalam kelas kecil yang jumlah sisiwanya tidak banyak (kurang dari 20 siswa) dan tidak bisa dilaksanakan dalam kelas besar.
4. Penafian metode ini terhadap pemakaian bahasa siswa bisa berakibat terbuangnya waktu untuk menjelaskan makna satu kata abstrak, dan terjadinya kesalahan persepsi atau penafsiran pada sisiwa.
5. Terlalu membesar-besarkan persamaan antara pamer olehan bahasa pertama dan  kedua dan banyak mengabaikan realita keterbatasan yang ada didalam kelas.





BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Munculnya metode langsung telah melahirkan banyak perbaikan dalam pengajaran bahasa kedua/ asing di dunia. Berkat kehadiran metode ini pengajaran bahasa untuk penguasaan tata bahasa menuju pengajaran bahasa untuk komunikasi dengan bahasa sasaran.
Di dalam metode ini, tata bahasa diajarkan secara induktif tanpa adanya penjelasan-penjelasan tentang aturan-aturan tata bahasa. Di dalam kelas yang menggunakan metode langsung, bahasa siswa tidak digunakan dan kosakata baru diperkenalkan dengan media atau demonstrasi, sedangkan terjemahan dihindari sepenuhnya.




















DAFTAR PUSTAKA
Mustofa Bisri  & Abdul Hamid. 2012. Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab. (Malang : UIN Maliki Press).
Hermawan, Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya).
Fachrurrazi, Aziz & Erta Mahyudin. 2000. Pembelajaran Bahasa Asing Metode Tradisional dan Kontemporer. (Jakarta Timur : Bania Publishing).
Aziz, Abdul. 2002. Metode Pembelajaran Bahasa Untuk penutur Bahasa Asing. (Riyadh).




 



  

1 komentar: