Sabtu, 11 Februari 2017

Metode Qawa'id Tarjamah



A. Pengertian Qowa’id dan Tarjamah
Metode ini merupakan gabungan dari metode gramatika dan metode terjemah. Dalam metode ini adalah mempelajari bahasa Asing yang menekankan qawaid atau kaidah-kaidah bahasa untuk mencapai keterampilan membaca, menulis dan menerjemah. Metode ini dapat dikatakan ideak dari pada salah satu atau keduanya dari metode ini (gramatika dan terjemah), terlebih dahulu diajarkan dan kemudian pelajaran menerjemah dan pelaksanaannya pun sejalan.

Metode qowaid adalah metode yang menekankan pada penghafalan aturan gramatika dan sejumlah kata tertentu yang kemudian dirangkai menurut tata bahasa yang berlaku. Metode ini mulai kurang efektif dengan adanya penemuan-penemuan seperti mesin percetakan.
Metode terjemah adalah sebuah metode yang di dalamnya menerjemahkan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran bersamaan dengan penerapan aturan-aturan tata bahasa. Metode ini menfokuskan pada kegiatan menerjemahkan bacaan dari bahasa asing ke dalam bahasa siswa, dan sebaliknya.
Metode qowaid-terjemah ini merujuk pada masa Rennaisance (abad 16) ketika banyak sekolah dan universitas di Eropa mengharuskan para siswa atau mahasiswanya mempelajari bahasa Latin karena dianggap “nilai pendidikan yang tinggi” yg berguna untuk mempelajari teks-teks klasik, dan juga karena “disiplin batin” yang dilatih melalui analisis logis bahasanya, dan penghafalan kaidah-kaidah bahasa dan pola kalimat yang rumit, serta kaidah dan pola dalam latihan terjemah.
Para pakar menyatakan bahwa mempelajari gramatikal bukanlah merupakan sebuah tujuan, tetapi merupakan media untuk mengevaluasi kalam dan kitabah seorang wasilah at-taqwim. Namun masih banyak lembaga pendidikan yang mengajarkan gramatika tidak mengacu pada hal tersebut.
Thariqoh al-Qawaid wa at-Tarjamah merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab dan sangat urgen untuk menentukan tercapainya tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Hal ini dikarenakan bahwa kedudukan Thariqoh al-Qawaid wa at-Tarjamah memiliki peran penting dalam proses pembelajaran hingga dapat melakukan menerjemahkan teks bahasa Arab dengan menggunakan Bahasa target.


B.       Konsep dasar metode Qawaid  dan Tarjamah
Asumsi yang mendasari metode tarjamah dan qowaid ialah suatu logika semesta (al-manthiq al-‘alami/universal logic) yang menyatakan bahwa suatu bahasa di dunia dasarnya sama, dan tata bahasa ialah cabang logika. Untuk melihat titik kesemaan itu, perlu dilakukan kajian tata bahasa asing yang di pelajari, dan untuk melihat pokok pikiran yang terkandung dalam tulisan bahasa asing yang di pelajari, perlu di adakan transformasi(terjemahan) kosakata dan kalimat dalam bahasa asing yang dipelajari kedalam kosakata/kalimat dalam bahasa pelajar sehari-hari. Jadi inti dari belajar bahasa asing ialah menganalisa tata bahasa, menulis kalimat, dan menghafalkan kosakata sebagai dasar transformasinya kedalam bahasa yang di gunakan sehari-hari.

C.     Ciri-ciri Metode Qawaid dan Tarjamah
1.      Perhatian yang mendalam pada ketrampilan membaca, menulis dan 
      menerjemah,kurang memperhatiakan aspek menyimak dan berbicara.
2.      Menggunakan bahasa Ibu sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan belajar
mengajar.
3.      Memperhatikan hukum-hukum nahwu.
4.      Basis pembelajarannya adalah penghafalan kaidah tata bahasa dan kosa kata,
       kemudian penerjemahan secara harfiah dari bahasa target ke bahasa pelajar
       dan sebaliknya.
5.      Peran pendidik dalam proses belajar mengajar lebih aktif daripada peserta 
didik yang senantiasa menerima materi secara pasif.
6. Peserta didik diajarkan membaca secara detail dan mendalam tentang teks-teks atau naskah pemikiran yang ditulis oleh para tokoh dan pakar dalam berbagai bidang ilmu pada masa lalu baik berupa sya’ir, naskah (prosa), kata mutiara (alhikam), maupun kiasan-kiasan (amtsal).
7. Penghayatan yang mendalam dan rinci terhadap bacaan sehingga peserta didik memiliki perasaan koneksitas terhadap nilai sastra yang terkandung di dalam bacaan. (bahasa Arab – bahasa ibu).
8. Menitik beratkan perhatian pada kaidah gramatika (Qowa’id Nahwu/Sharaf) untuk menghafal dan memahami isi bacaan.
9. Memberikan perhatian besar terhadap kata-kata kunci dalam menerjemah, seperti bentuk kata kiasan, sinonim, dan meminta peserta didik menganalisis dengan kaidah gramatikal yang sudah diajarkannya (mampu menerjemah bahasa ibu ke dalam Bahasa Arab).
10. Peserta tidak diajarkan menulis karangan dengan gaya bahasa yang serupa / mirip, dengan gaya bahasa yang dipakai para pakar seperti pada bacaan yang telah dipelajarinya, terutama mengenai penggunaan model gaya bahasa, al – itnab at Tasbi’ al Istiarah yang merupakan tren / gaya bahasa masa klasik.[1][7]
D. Tujuan Metode Qawaid dan Tarjamah
Tujuan metode qowaid dan terjemah ini bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Pada dasarnya metode ini mempunyai dua bagian utama, yaitu telaah sastra bahasa kedua dan pengembangan keterampilan menganalisis melalui telaah tata bahasa. Tujuan kedua ini, yang dimotivasi oleh paara pakar tata bahasa Cartesian yang berkeyakinan bahwa logika universal mendasari semua bahasa, sebagian besar telah menghilang.
Menurut para guru yang menggunakan metode ini, tujuan pokok pengajaran suatu bahsa asing adalah untuk mengembangkan kemampuan membaca literatur yang ditulis dalam bahasa sasaran. Untuk mampu melakukan itu, para siswa perlu mempelajari aturan tata bahasa dan kosakata dari bahasa sasaran
Metode ini sangat menekankan pembelajaran pada kosakata dan tata bahasa. Keterampilan membaca dan menulis adalah keterampilan yang diutamakan dalam pembelajaran. Hanya sedikit perhatian yang  diberikan kepada keterampilan berbicara dan mendengarkan. Dalam metode ini bahasa tulisan lebih diutamakan daripada bahasa lisan.[2][8]
Adapun tujuan dari metode ini, yakni:
1.      Menanamkan pemahaman tentang tata bahasa.
2.      Pelatihan siswa untuk menulis dalam bahasa yang tepat.
3.      Menyediakan siswa dengan kosa kata yang luas.
4.      Melatih siswa mendapatkan makna dengan terjemahan.
5.      Agar para pelajar pandai dalam menghafal dan memahami tata bahasa.[3][9]
6.       lebih mampu membaca naskah berbahasa Arab atau karya sastra Arab.
7.      memiliki nilai displin dan perkembangan intelektual. Pembelajaran dalam metode ini didominasi dengan kegiatan membaca dan menulis. Adapun kosakata yang dipelajari adalah kosakata dari tes bacaan, di mana kalimat diasumsikan sebagai unit yang terkecil dalam bahasa, ketepatan terjemahan diutamakan, dan bahasa Ibu digunakan dalam prose pembelajaran.

E. Dasar-Dasar Struktur Bahasa Arab
Macam-macam jumlah ada dua: 1. Jumlah Fi’liyah, 2. Jumlah Ismiyah. Apabila susunan kalimat terdiri dari kalimat Fi'liyah maka cara terjemahnya kita mulai dari FA'IL kemudian FI'IL kemudian MAF'UL kemudian KATA KETERANGAN apabila ada. Dalam contoh
قــرأ محمد القران 
dalam contoh ini kita analisa mana fa'ilnya, mana fi'ilnya dan maf'ulnya. lafadz قرا (fi'il), lafadz محمد  (fa'il), lafadz   القران (maf'ul) maka terjemahannya adalah Muhammad membaca al-qur'an. Apabila terdiri dari jumlah ismiyah maka terjemahannya dimulai dari MUBTADA' kemudian KHOBAR, baik mubtada' khobarnya dibolak balik atau tidak. contoh  لقمان صالح dalam contoh disamping لقمان (mubtada'), صالح (khobar). maka terjemahannya adalah Lukman adalah orang sholeh.
F.     Strategi dan Desain Pembelajaran Qowaid (Gramatika)
Ada beberapa strategi dalam mengajarkan gramatika, yaitu:
1.      Musykilat al-Tullab
Strategi ini dapat mengakomodasi kebutuhan dan harapan seluruh mahasiswa, karena strategi ini memberi peluang kepada mahasiswa menanyakan hal-hal yang belum dimengerti dari gramatika yang telah diajarkan.
2.      Istintajiyah
Pola ini dapat disampaikan dengan strategi modifikasi lecturing (ceramah), sehingga mahasiswa dapat tetap konsentrasi mengamati berjalannya materi, dengan diselingi berbagai contoh untuk pemantapan materi.
3.      Muqaranat al-Nash
Teknik pembelajaran ini bertujuan agar mahasiswa dapat membandingkan dua model tulisan yang berbeda bentuk, namun sama tema bahasan. Kajian ini lebih difokuskan pada unsur gramatika bahasanya.
4.      Tahlil al-Akhtha’
Ini adalah merupakan strategi yang menuntut adanya kecermatan mahasiswa dalam mengidentifikasi dan menganalisa kesalahan pada tata bahasa Arab. Di samping menghadirkan pembenaran atas kesalahan terseebut.
5.      Ikhtiyar al-Jumal
Strategi ini membutuhkan kejelian mahasiswa untuk dapat memilah antara kalimat yang salah dan kalimat yang benar. Strategi ini dapt berguna untuk menggugah sense of language mahasiswa terhadap struktur kalimat bahasa Arab.[4][12]
Desain pembelajaran qowaid adalah sebagai berikut:
1.      Pengantar atau pendahuluan
2.      Menyampaikan contoh
3.      Sinkronisasai atau memadukan
4.      Inovasi
5.      Penerapan.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar