A. Pengertian Qowa’id
dan Tarjamah
Metode ini
merupakan gabungan dari metode gramatika dan metode terjemah. Dalam metode ini
adalah mempelajari bahasa Asing yang menekankan qawaid atau
kaidah-kaidah bahasa untuk mencapai keterampilan membaca, menulis dan
menerjemah. Metode ini dapat dikatakan ideak dari pada salah satu atau keduanya
dari metode ini (gramatika dan terjemah), terlebih dahulu diajarkan dan
kemudian pelajaran menerjemah dan pelaksanaannya pun sejalan.
Metode qowaid adalah metode yang
menekankan pada penghafalan aturan gramatika dan sejumlah kata tertentu yang
kemudian dirangkai menurut tata bahasa yang berlaku. Metode ini mulai kurang
efektif dengan adanya penemuan-penemuan seperti mesin percetakan.
Metode terjemah adalah sebuah metode
yang di dalamnya menerjemahkan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran
bersamaan dengan penerapan aturan-aturan tata bahasa. Metode ini menfokuskan
pada kegiatan menerjemahkan bacaan dari bahasa asing ke dalam bahasa siswa, dan
sebaliknya.
Metode qowaid-terjemah ini merujuk pada
masa Rennaisance (abad 16) ketika banyak sekolah dan universitas di Eropa
mengharuskan para siswa atau mahasiswanya mempelajari bahasa Latin karena
dianggap “nilai pendidikan yang tinggi” yg berguna untuk mempelajari teks-teks
klasik, dan juga karena “disiplin batin” yang dilatih melalui analisis logis
bahasanya, dan penghafalan kaidah-kaidah bahasa dan pola kalimat yang rumit,
serta kaidah dan pola dalam latihan terjemah.
Para pakar menyatakan bahwa mempelajari
gramatikal bukanlah merupakan sebuah tujuan, tetapi merupakan media untuk
mengevaluasi kalam dan kitabah seorang wasilah at-taqwim. Namun masih banyak
lembaga pendidikan yang mengajarkan gramatika tidak mengacu pada hal tersebut.
Thariqoh al-Qawaid wa
at-Tarjamah merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran
bahasa Arab dan sangat urgen untuk menentukan tercapainya tujuan pembelajaran
yang dirumuskan. Hal ini dikarenakan bahwa kedudukan Thariqoh al-Qawaid wa
at-Tarjamah memiliki peran penting dalam proses pembelajaran hingga dapat
melakukan menerjemahkan teks bahasa Arab dengan menggunakan Bahasa target.
B.
Konsep dasar metode Qawaid dan Tarjamah
Asumsi yang mendasari metode tarjamah
dan qowaid ialah suatu logika semesta (al-manthiq
al-‘alami/universal logic) yang menyatakan bahwa suatu bahasa di dunia
dasarnya sama, dan tata bahasa ialah cabang logika. Untuk melihat titik
kesemaan itu, perlu dilakukan kajian tata bahasa asing yang di pelajari, dan
untuk melihat pokok pikiran yang terkandung dalam tulisan bahasa asing yang di
pelajari, perlu di adakan transformasi(terjemahan) kosakata dan kalimat dalam
bahasa asing yang dipelajari kedalam kosakata/kalimat dalam bahasa pelajar
sehari-hari. Jadi inti dari belajar bahasa asing ialah menganalisa tata bahasa,
menulis kalimat, dan menghafalkan kosakata sebagai dasar transformasinya
kedalam bahasa yang di gunakan sehari-hari.
C. Ciri-ciri
Metode Qawaid dan Tarjamah
1.
Perhatian yang mendalam pada ketrampilan membaca,
menulis dan
menerjemah,kurang
memperhatiakan aspek menyimak dan berbicara.
2.
Menggunakan bahasa Ibu sebagai bahasa pengantar
dalam kegiatan belajar
mengajar.
3.
Memperhatikan hukum-hukum nahwu.
4.
Basis pembelajarannya adalah penghafalan kaidah
tata bahasa dan kosa kata,
kemudian
penerjemahan secara harfiah dari bahasa target ke bahasa pelajar
dan sebaliknya.
5.
Peran pendidik dalam proses belajar mengajar lebih
aktif daripada peserta
didik
yang senantiasa menerima materi secara pasif.
6. Peserta didik diajarkan
membaca secara detail dan mendalam tentang teks-teks atau naskah pemikiran yang
ditulis oleh para tokoh dan pakar dalam berbagai bidang ilmu pada masa lalu
baik berupa sya’ir, naskah (prosa), kata mutiara (alhikam), maupun
kiasan-kiasan (amtsal).
7. Penghayatan
yang mendalam dan rinci terhadap bacaan sehingga peserta didik memiliki
perasaan koneksitas terhadap nilai sastra yang terkandung di dalam bacaan.
(bahasa Arab – bahasa ibu).
8. Menitik beratkan
perhatian pada kaidah gramatika (Qowa’id Nahwu/Sharaf) untuk menghafal dan
memahami isi bacaan.
9. Memberikan
perhatian besar terhadap kata-kata kunci dalam menerjemah, seperti bentuk kata
kiasan, sinonim, dan meminta peserta didik menganalisis dengan kaidah
gramatikal yang sudah diajarkannya (mampu menerjemah bahasa ibu ke dalam Bahasa
Arab).
10. Peserta tidak diajarkan menulis karangan dengan gaya bahasa yang serupa /
mirip, dengan gaya bahasa yang dipakai para pakar seperti pada bacaan yang
telah dipelajarinya, terutama mengenai penggunaan model gaya bahasa, al –
itnab at Tasbi’ al Istiarah yang merupakan tren / gaya bahasa masa klasik.[1][7]
D. Tujuan Metode Qawaid dan
Tarjamah
Tujuan metode qowaid
dan terjemah ini bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Pada
dasarnya metode ini mempunyai dua bagian utama, yaitu telaah sastra bahasa kedua
dan pengembangan keterampilan menganalisis melalui telaah tata bahasa. Tujuan
kedua ini, yang dimotivasi oleh paara pakar tata bahasa Cartesian yang
berkeyakinan bahwa logika universal mendasari semua bahasa, sebagian besar
telah menghilang.
Menurut para guru yang menggunakan metode ini,
tujuan pokok pengajaran suatu bahsa asing adalah untuk mengembangkan kemampuan
membaca literatur yang ditulis dalam bahasa sasaran. Untuk mampu melakukan itu,
para siswa perlu mempelajari aturan tata bahasa dan kosakata dari bahasa
sasaran
Metode ini sangat menekankan pembelajaran pada
kosakata dan tata bahasa. Keterampilan membaca dan menulis adalah keterampilan
yang diutamakan dalam pembelajaran. Hanya sedikit perhatian yang diberikan kepada keterampilan berbicara dan
mendengarkan. Dalam metode ini bahasa tulisan lebih diutamakan daripada bahasa
lisan.[2][8]
Adapun tujuan dari metode ini, yakni:
1. Menanamkan
pemahaman tentang tata bahasa.
2. Pelatihan siswa
untuk menulis dalam bahasa yang tepat.
3. Menyediakan
siswa dengan kosa kata yang luas.
4. Melatih siswa mendapatkan
makna dengan terjemahan.
6. lebih mampu membaca naskah berbahasa Arab atau
karya sastra Arab.
7. memiliki nilai
displin dan perkembangan intelektual. Pembelajaran dalam metode ini didominasi
dengan kegiatan membaca dan menulis. Adapun kosakata yang dipelajari adalah
kosakata dari tes bacaan, di mana kalimat diasumsikan sebagai unit yang
terkecil dalam bahasa, ketepatan terjemahan diutamakan, dan bahasa Ibu digunakan
dalam prose pembelajaran.
E. Dasar-Dasar
Struktur Bahasa Arab
Macam-macam jumlah ada dua: 1. Jumlah Fi’liyah,
2. Jumlah Ismiyah. Apabila susunan kalimat terdiri dari kalimat Fi'liyah
maka cara terjemahnya kita mulai dari FA'IL kemudian FI'IL kemudian
MAF'UL kemudian KATA KETERANGAN apabila ada. Dalam contoh
قــرأ محمد القران
قــرأ محمد القران
dalam contoh ini kita analisa mana fa'ilnya,
mana fi'ilnya dan maf'ulnya. lafadz قرا (fi'il),
lafadz محمد (fa'il), lafadz
القران (maf'ul)
maka terjemahannya adalah Muhammad membaca al-qur'an. Apabila
terdiri dari jumlah ismiyah maka terjemahannya dimulai dari MUBTADA' kemudian
KHOBAR, baik mubtada' khobarnya dibolak balik atau tidak. contoh
لقمان صالح dalam contoh
disamping لقمان (mubtada'),
صالح (khobar). maka terjemahannya adalah Lukman adalah orang
sholeh.
F.
Strategi dan
Desain Pembelajaran Qowaid (Gramatika)
Ada beberapa strategi dalam mengajarkan
gramatika, yaitu:
1. Musykilat
al-Tullab
Strategi ini dapat mengakomodasi kebutuhan dan
harapan seluruh mahasiswa, karena strategi ini memberi peluang kepada mahasiswa
menanyakan hal-hal yang belum dimengerti dari gramatika yang telah diajarkan.
2. Istintajiyah
Pola ini dapat disampaikan dengan strategi
modifikasi lecturing (ceramah), sehingga mahasiswa dapat tetap
konsentrasi mengamati berjalannya materi, dengan diselingi berbagai contoh
untuk pemantapan materi.
3. Muqaranat
al-Nash
Teknik pembelajaran ini bertujuan agar
mahasiswa dapat membandingkan dua model tulisan yang berbeda bentuk, namun sama
tema bahasan. Kajian ini lebih difokuskan pada unsur gramatika bahasanya.
4. Tahlil
al-Akhtha’
Ini adalah merupakan strategi yang menuntut
adanya kecermatan mahasiswa dalam mengidentifikasi dan menganalisa kesalahan
pada tata bahasa Arab. Di samping menghadirkan pembenaran atas kesalahan
terseebut.
5. Ikhtiyar
al-Jumal
Strategi ini membutuhkan kejelian mahasiswa
untuk dapat memilah antara kalimat yang salah dan kalimat yang benar. Strategi
ini dapt berguna untuk menggugah sense of language mahasiswa terhadap
struktur kalimat bahasa Arab.[4][12]
Desain pembelajaran qowaid adalah sebagai
berikut:
1. Pengantar atau
pendahuluan
2. Menyampaikan
contoh
3. Sinkronisasai
atau memadukan
4. Inovasi
5. Penerapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar