BAB I
PENDAHULUAN
a. Kata Pengantar
Al qur’an merupakan mukjizat terbesar bagi nabi Muhammad SAW
kemukjizatannya terkandung pada aspek bahasa dan isinya. Dari aspek bahasa, al
Qur’an mempunyai tingkat fashohah dan balaghah yang tinggi. Sedangkan dari
aspek isi, pesan dan kandungan maknanya melampaui batas-batas kemampuan
manusia. Ketika al Qur’an muncul banyak di dalamnya terkandung hal-hal yang
tidak bisa ditangkap oleh orang-orang pada zamannya, akan tetapi kebenarannya
baru bisa dibuktikan oleh orang-orang pada abad modern sekarang ini.
Adanya kemunduran-kemunduran pada bahasanya, membuat orang-orang
Arab
merasa prihatin dan mulailah mereka berfikir untuk mengembalikan bahasa arab
pada kemurniannya. Mereka kemudian mulai menyusun ilmu nahwu, sharaf dan balaghah.
Para pakar Bahasa arab mulai menyusun ilmu balaghah yang mencakup
ilmu bayan, ma’ani dan badi’. Ilmu-ilmu ini disusun untuk menjelaskan
keistimewaan dan keindahan susunan bahasa Al Qur’an dan segi kemukjizatannya.
Ilmu itu disusun setelah muncul dan berkembangnya ilmu nahwu dan sharaf.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Isti’arah Murasyahah, Isti’arah
Mujarradah,
Dan Isti’arah Muthlaqoh?
2. Berikan 5 contoh isti’aroh murasyahah,
mujarrodah dan muthlaqoh?
C.
Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui isti’arah Murasyahah,
isti’arah Mujarrodah, isti’arah Muthlaqoh
2. Untuk mengetahui contoh lain dari isti’aroh
murasyahah, isti’aroh mujarrodah dan isti’aroh muthlaqoh
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian isti’arah murasyahah, isti’arah mujarradah,
dan isti’arah muthlaqoh
Majaz Isti’arah ditinjau dari segi pernyataan
tambahan yang menyertainya, isti’arah terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1.
الإستعارة
المرشحة
هي الإستعارة التي
قرنت بملائم المستعار منه أى المشبه به
Isti’arah Murasyahah yaitu isti’arah yang disertai lafadz
yang sesuai dengan musyabbah bihnya / musta’ar minhu[1].
Isti’arah murasyahah yaitu suatu ungkapan majaz yang diikuti oleh kata-kata
yang cocok untuk musyabbah bih. Contoh dalam firman Allah SWT dalam Q.S. Al
Baqarah ayat 16:
ألئك الّذين اشترواالضلالة بالهدى فما ربحت تجارتهم وما كانوا مهتدون
Artinya:
Mereka itu orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah
beruntung dagangan mereka. ( Q. S. Al Baqarah: 16).[2]
Penggunaan kata
اشتروا (membeli) pada ayat di
atas, merupakan bentuk isti’arah (pinjaman) yang kata tersebut berposisi
sebagai musta’ar minhu (kata yang dipinjami) / musyabbah bih (yang diserupai)
untuk kata استبدلوا yang berarti ‘menukar” berposisi sebagai musta’ar lahu (kata
yang dipinjamkan) /musyabbah (yang diserupakan) yang disertai/diikuti oleh
lafadz yang cocok/sesuai dengan musyabbah bih/ musta’ar minhu, yaitu ربحت
تجارتهم فما yang berarti “tidak beruntung dagangannya.” Contoh di atas termasuk
kategori isti’arah murasyahah, karena pada contoh itu ada pernyataan tambahan
yang menyertainya yang cocok/sesuai dengan musyabbah bih/ musta’ar minhu nya.[3]
Contoh lain Isti’aroh Murasyahah :
خُلُقُ
فُلاَنٍ أَرَقُّ مِنْ أنفَاسِ الصَّبَاءِ إذا غَازَلَت أزهَارَ الرُّبَا
“Akhlak Fulan itu lebih lembut dari pada napas angin timur ketika bercanda dengan bunga-bunga dataran tinggi”
Pada bait ini, isti’aroh makniyyah terdapat pada kata ‘ash-shobaa’
(angin yang berhembus dari timur), karena angin diserupakan dengan manusia (dibuang musyabbahbihnya dan diganti dengan kata yang
menunjukkan sifat khasnya, yaitu anfaas). Anfaas menjadi karinah makniyyah. Sedang isti’aroh murasyahah terdapat pada kata ghaazalat.
2.
الإستعارة المجردة
هي التي قرنت
بملائم المستعار له أى المشبه
Isti’arahMujarradah, yaitu isti’arah yang disertai lafadz
yang sesuia dengan
musyabah atau musta’ar lahu. Contoh:
يؤدون التحية من بعيد # إلى قمر من الإيوان باد
Artinya : "mereka memberi
penghormatan dari tempat yang jauh kepada bulan yang muncul dari singgasana".
Penggunaan kata (قمر)
yang berarti “bulan” pada contoh diatas , merupakan bentuk isti’arah (pinjaman)
yang kata tersebut berposisi sebagai musta’ar minhu (kata yang dipinjami) atau
musyabbah bih ( yang diserupai) untuk kata (امرأة جميلة)
yang berarti ”perempuan cantik”, berposisi sebagi
musta’ar lahu (kata yang dipinjamkan) atau musyabbah (yang diserupakan ) yang
disertai atau diukuti oleh lafadz yang cocok atau sesuai dengan musyabbah atau
musta’ar lahu, yaitu (من الإيوان باد) yang berati “muncul dari singgasana “. Contoh diatas termasuk kategori isti’arah
mujarradah, karena padacontoh itu ada pernyataan tambahan yang menyertainya
yang cocok atau sesuai dengan musyabbah atau musta’ar lahunya.[4]
Contoh
lain isti’aroh mujarrodah :
كَانَ
فُلاَنٌ أَكتَبَ النَّاسَ إذَا شَرِبَ قَلَمُهُ مِن دَوَاتِهِ أو غَنَّى فَوقَ
قِرطَاسِهِ
“Fulan adalah orang yang paling hebat tulisannya, ketika penanya minum
tinta dan menari di atas kertasnya”
Pada
bait ini, terdapat isti’aroh mujarrodah, yakni terdapat kata-kata
yang relevan dengan musyabbah,
yaitu kata ‘dawaatihi’ dan ‘qirthasihi’. Karinahnya qalam
(minum dan menari).
3. المطلقة الإستعارة
الإستعارة المطلقة هي التى لا يذكر فيها ملائم المشبه ولا ملائم المشبه به
أو يذكر ملائمها معا
Isti’arah muthlaqoh yaitu yang tidak disertai lafadz yang sesuai dengan ( musabbah bih/musta’arminhu dan musabbah/musta’arlahu ) ataupun disertai lapadz yang
sesuai dengan keduanya.[5]
Contoh isti’arah yang
tidak disertai lapadz yang sesuai dengan
( musabbah bih/musta’arminhu dan musabbah/musta’arlahu ) pada surah al-haqqoh ayat
11
إنما لما طغي الماء حملناكم في الجارية
Contoh isti’arah yang disertai lapadz yang sesuai dengan keduanya:
في الخد إن عزم الخليط رحيلا # مطر تزيد به الخدود محول
B.
Contoh
isti’araoh Murasyahah, isti’aroh Mujarrodah dan isti’aroh Muthlaqoh
1.
Contoh Isti’aroh Murasyahah
خُلُقُ
فُلاَنٍ أَرَقُّ مِنْ أنفَاسِ الصَّبَاءِ إذا غَازَلَت أزهَارَ الرُّبَا
“Akhlak Fulan itu lebih lembut dari pada napas angin timur ketika bercanda dengan bunga-bunga dataran tinggi”
2. Contoh Isti’aroh Mujarrodah
كَانَ
فُلاَنٌ أَكتَبَ النَّاسَ إذَا شَرِبَ قَلَمُهُ مِن دَوَاتِهِ أو غَنَّى فَوقَ
قِرطَاسِهِ
“Fulan adalah orang yang paling hebat tulisannya,
ketika penanya minum tinta dan menari di atas kertasnya”
Contoh:
وليلة مرضت من كل ناحية
فما يضيء لها نجم ولا قمر
3. Contoh Isti’aroh Muthlaqoh
غنى الطير أنشودته
فوق الأغصان
إنما لما طغي الماء حملناكم في الجارية
في الخد إن عزم الخليط رحيلا # مطر تزيد به الخدود محول
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Majaz Isti’arah ditinjau dari segi pernyataan tambahan
yang menyertainya, isti’arah terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Isti’aroh Murasyahah yaitu isti’arah yang
disertai lafadz yang sesuai dengan musyabbah bihnya / musta’ar minhu
2. Isti’aroh Mujarrodah yaitu isti’arah yang
disertai lafadz yangsesuia dengan musyabah atau musta’ar lahu
3.
Isti’aroh Muthlaqoh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar